Memahami Peran Seorang Pemimpin


Image

Suatu hari, salah seorang sahabat saya bertanya, “Ga, memangnya kualitas seseorang itu ditentukan dari seberapa tinggi jabatan orang tersebut ya?”

Dan jawaban saya adalah, “Tergantung. Ya, semuanya berhubungan dengan dimana kamu berada dan seperti apa paradigma orang-orang yang ada di dalamnya terkait hal itu? Karena hal itu pun akhirnya tergantung dengan sistem yang berlaku di dalamnya?”

Saya yakin, pasti sahabat saya itu langsung bingung ketika mendapatkan jawaban saya itu. Akhirnya, saya pun berkewajiban menjelaskannya dengan lebih sederhana lagi. Dan lagi-lagi, jawaban saya selalu tergantung atau relatif. Karena toh di dunia ini apalagi yang absolut selain realita dan perangkat-perangkat dari takdirNya?

Sahabat, mungkin tak sedikit yang berpendapat bahwa orang yang menjadi pemimpin nomor satu di sebuah lembaga adalah orang yang paling hebat di antara yang lain. Atau pemimpin di sebuah perusahaan besar, siapa pula yang tidak menganggapnya sebagai orang yang luar biasa? Pasti semua sepakat bahwa mereka adalah orang-orang pilihan yang memiliki kapasitas lebih, salah satunya tentu dalam memimpin ketimbang yang lainnya. Minimal mereka telah berani menghadapi resiko dalam menjalani perjalanan kepemimpinan itu sendiri. Bahkan di saat yang lainnya hanya berani untuk memandang dan mengamati, atau tak siap menghadapi serba-serbi tantangan yang akan ditemui ketika nantinya menjabat bidang tertentu di sebuah struktur.

Pandangan bahwa kualitas seseorang itu ditentukan oleh jabatan atau hal-hal struktural yang ada, bukanlah jawaban yang salah. Namun, saya pribadi berpendapat bahwa bukan hanya itu satu-satunya jawaban. Misalnya, kalau kita ingin memfokuskan permasalahan ini pada kepemimpinan sebagai standar kualitas tertinggi seorang manusia, maka pertama-pertama kita pun harus kembali pada makna kepemimpinan atau pemimpin itu terlebih dahulu.

Kepemimpinan dan Pemimpin merupakan dua hal yang tidak sama.

Pertama, tentang kepemimpinan yang dapat diartikan sebagai kemampuan pemimpin, gaya dalam memimpin, atau dinamika saling mempengaruhi yang terjadi dalam kelompok dimana kelompok ‘memimpin’ dirinya sendiri melalui aturan-aturan yang dibuatnya. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pun kita akan menemukan “n perihal pemimpin; cara memimpin: mahasiswa tetap mendukung cara ~ nasional Presiden” untuk kata kepemimpinan.

Kedua, pemimpin. Kembali berpedoman pada KBBI bahwa pemimpin ialah orang yg memimpin: ia ditunjuk menjadi ~ organisasi itu; 2 petunjuk; buku petunjuk (pedoman): buku ~ montir mobil;~ produksi produser. Jika ditinjau lebih jauh lagi, kita akan menemukan hakikat dari pemimpin itu sendiri. Pemimpin bukanlah ketua atau atasan, sehingga nantinya yang tidak memimpin bukanlah pemimpin. Bukan itu. Setiap orang mungkin saja mendapatkan “pimpinan” dari lebih satu orang. Pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi dan menjadi rujukan atau pedoman bagi orang yang ingin dipimpinnya.

Melihat kedua penjabaran definisi tersebut, maka kita akan kembali diingatkan bahwa pemimpin bukanlah status, akan tetapi ia adalah peran dan siapapun dapat melakukannya meskipun dia tidak menjadi seorang ketua di dalam struktur manapun. Jadi, jika standar yang kita gunakan adalah kepemimpinan atau pemimpin tadi, maka jawabannya adalah seseorang dapat dikatakan berkualitas jika ia memiliki kemampuan mempengaruhi atau menjadi pedoman yang berkualitas pula. Sekali lagi, meskipun dia tidak menjabat sebagai ketua atau atasan di organisasi atau lembaga manapun.

Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah salah jika kita menjadi ketua di suatu lembaga tertentu? Jawabannya tentu tidak, akan tetapi rasanya tidak perlu jika hal itu dijadikan sebagai bagian dari ambisi yang harus kita kejar. Bukankah yang perlu kita kejar adalah kualitas itu tadi? Jadi, idealnya yang harus menjadi fokus kita adalah kemampuan dalam memimpin. Hal ini berarti, semakin hari kemampuan kepemimpinan kita terus meningkat dan semakin baik agar kita bisa berperan lebih dalam setiap kesempatan apapun. Lambat laun, akan banyak mata yang memandang dan mengakui kualitas pada diri kita. Dan semua pasti percaya bahwa pada dasarnya setiap orang atau manusia itu adalah pemimpin. Minimal, pemimpin bagi dirinya sendiri.

Ada sebuah cerita yang saya rasa bisa kita gunakan sebagai contoh untuk menggambarkan hal-hal yang ada di dalam pembahasan ini. Anggaplah tokoh dalam cerita tersebut adalah Tio dan Rio. Keduanya merupakan teman dekat dan turut aktif di sebuah organisasi kampus yang sama. Di suatu masa kepengurusan, Tio mengajukan diri menjadi ketua di lembaga tersebut dan akhirnya dipercaya oleh seluruh anggota di dalam organisasi tersebut untuk menjadi ketua selama waktu kepengurusan tertentu. Di lain sisi, Rio yang merupakan teman dekat Tio, pada akhirnya hanya menjabat sebagai ketua di salah satu bidang saja. Tentunya jelas bahwa pada kondisi ini Tio merupakan atasan Rio di dalam organisasi tersebut.

Seiring berjalannya waktu. Rupanya di belakang layar, diam-diam Tio sangat mempercayai Rio teman dekatnya itu. Setiap kali Tio akan menetapkan sebuah keputusan di organisasinya, maka sebelumnya Tio akan mengajak Rio untuk berdiskusi dan meminta saran atau masukan darinya. Jadilah, kebanyakan dari keputusan yang ada di organisasi tersebut merupakan bagian dari hasil diskusi Tio dengan Rio. Sedangkan, terkait hal itu Rio tidak jadi angkuh dan tak memberitahukannya kepada siapapun. Rio hanya fokus dengan tugas dan kewajibannya. Nah dalam cerita tersebut, siapakah kiranya yang merupakan pemimpin? Tio atau Rio? Untuk menjawabnya, mari kita kembali kepada makna pemimpin dan kepemimpinan yang telah kita bahas sebelumnya. Pemimpin itu bukanlah status, namun ia adalah peran.

Kemudian, bagaimana jika seseorang diminta untuk memimpin suatu organisasi, kelompok, atau komunitas tertentu? Kalau memang di saat itu semua harapan tertuju pada kita, maka lakukan saja. Amanah tak akan pernah salah dalam memilih pengembannya. Hanya saja, terkadang rasanya ada saja yang salah. Bisa jadi itu berarti bahwa diri sang pengemban amanah tersebut justru alpa dan lalai. Status yang dipercayakan bagi diri kita adalah sebuah hal yang hakikatnya merupakan sebuah ujian bagi kita untuk membuktikan sejauh mana kita bisa mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas diri kita. Sehingga, amatlah penting jika kita terus berusaha memimpin diri kita, yaitu dengan akhlak yang baik untuk senantiasa menjaga kepercayaan dan amanah yang disandangkan di dalam diri. Selain itu, bukankah ketika ujian itu datang, hal ini menandakan bahwa kita akan menghadapi derajat yang lebih tinggi lagi? Bukan sekedar derajat duniawi, akan tetapi derajat di hadapan Rabb semesta alam.

Wallahua’lam.

 
 

Renungan Kehidupan Setelah Kematian


Image

Setiap jiwa pasti akan menemui ajalnya. Tiada setiap jiwa pun yang kekal abadi hidup di dunia. Bila ajal telah tiba tak ada yang bisa menghindar dan lari darinya.
Bukan berarti telah berakhir sampai disini. Tetapi telah berpindah ke alam berikutnya, yaitu alam kubur atau alam barzakh, yang termasuk bagian dari beriman kepada hari akhir.
Setiap yang telah memasuki alam kubur maka akan mengalami fitnah kubur.
Yaitu ujian berupa pertanyaan dua malaikat kepada si mayit, tentang Rabbnya, agamanya dan Nabinya.

Dari ujian ini akan diketahui apakah dia termasuk hamba-Nya yang jujur keimanannya sehingga berhak mendapatkan nikmat kubur, atau apakah dia termasuk yang dusta keimanannya sehingga berhak mendapakan adzab kubur.
Ini merupakan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang wajib setiap mu’min untuk meyakini kebenaran adanya fitnah kubur, nikmat kubur dan adzab kubur.

Termasuk konsekuensi dari beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah meyakini kebenaran apa yang dikhabarkan di dalam Al Qur’an dan As Sunnah tentang kejadian-kejadian di alam ghaib.
Di awal-awal ayat Al Qur’an Allah Ta’ala mengkhabarkan ciri orang-orang yang mendapatkan hidayah dan keberuntungan di dunia dan di akhirat, diantaranya adalah orang yang beriman tentang perkara ghaib.

Allah Ta’ala berfirman (artinya):
“Orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, menunaikan shalat dan menginfaqkan sebagian yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Dan mereka pula beriman kepada apa yang diturunkan kepada mereka (Al Qur’an) dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat.
Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Baqarah: 3-5)

Dalil – Dalil Tentang Fitnah Kubur

Dalil-dalil yang menunjukan adanya fitnah kubur, diantaranya;
Dalam Al Qur’an firman Allah:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

“Allah meneguhkan dengan al qauluts tsabit kepada orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)

Di dalam ayat di atas menetapkan akan adanya fitnah kubur. Karena Allah Ta’ala memberikan kemulian kepada orang-orang yang benar-benar beriman dengan diteguhkannya al qaulul tsabit. Yaitu keteguhan iman si mayit di alam kubur ketika ditanya oleh dua malaikat.
Sebagaimana hadits dari shahabat Al Barra’ bin ‘Azib bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

إِذَا أُقْعِِدَ الْمُؤْمِنُ فِي قَبْرِهِ أُتِيَ ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِله إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ فَذَالِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى : يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ

“Jika seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya kemudian didatangi (dua malaikat dan bertanya kepadanya) maka dia akan (menjawab) dengan mengucapkan dua kalimat syahadat:

أَنْ لاَ إِله إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Itulah al qauluts tsabit sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala di atas.” (H.R. Al Bukhari no. 1379 dan Muslim no. 2871)

Ayat di atas juga sebagai dalil bahwa peristiwa fitnah kubur ini merupakan bagian dari hari akhir. Karena Allah Ta’ala menyebutkan peristiwa fitnah kubur ini dengan lafadz “wafil akhirah” yaitu di hari akhir.

Demikian pula dari As Sunnah,

Dari shahabat Al Barra’ bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Abu Dawud 2/281, Ahmad 4/287 dan selain keduanya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mengisahkan peristiwa fitnah kubur yang akan dialami oleh orang mu’min dan orang kafir.

Keadaan orang mu’min ketika ditanya oleh dua malaikat, maka dia akan dikokohkan jawabannya oleh Allah.

Siapakah Rabb-mu? Dia akan bisa menjawab: Rabb-ku adalah Allah.
Apa agamamu? Dia akan bisa menjawab: Agamaku adalah Islam.

Siapakah laki-laki ini yang diutus kepadamu? Dia pun bisa menjawab: Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam (Demikianlah Allah Ta’ala pasti memenuhi janji-Nya sebagaimana dalam Q.S. Ibrahim: 27 di atas).

Sebaliknya keadaan orang kafir ketika ditanya oleh dua malaikat, maka dia tidak akan bisa menjawab.
Siapakah Rabb-mu? Dia akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu.

Apa agamamu? Dia akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu.

Lalu siapakah laki-laki ini yang diutus kepadamu? Dia pun akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu.

Demikian pula hadits dari Ummul Mu’minin Aisyah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

فَأُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُوْنَ فِي قُبُورِكُمْ مِثْلُ أَوْ قَرِيْبٌ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

“Telah diwahyukan kepadaku sungguh akan ditimpakan fitnah kepada kalian di dalam kubur-kubur kalian seperti atau hampir mirip dengan fitnah Al Masih Ad Dajjal.” (H.R. Al Bukhari no. 87 dan Muslim no. 905)

Padahal fitnah Al Masih Ad Dajjal merupakan fitnah terbesar dari fitnah-fitnah yang terjadi sejak diciptakan Adam sampai hari kiamat nanti. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ أَمْرٌ أكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ

“Tidak ada fitnah yang paling besar sejak diciptakan Adam sampai hari kiamat dibanding dengan fitnah Dajjal.” (Muslim no. 2946)

Sehingga fitnah kubur itu pun amat ngeri seperti atau hampir mirip dengan fitnah Dajjal, kecuali bagi orang-orang yang jujur keimanannya. Oleh karena itu bila si mayit telah dikuburkan maka dianjurkan bagi kita untuk mendo’akannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

اسْتَغْفِرُوا لأَخِيْكُمْ وَاسْأَلُوا لَهُ التَثْبِيْتَ فَإِنَّهُ الآنَ يُسْئَلُ

“Mohonkan ampunan untuk saudaramu, dan mohonkan untuknya keteguhan (iman), karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.” (Shahihul Jami’ no. 476)

Adapun nama dua malaikat tersebut adalah malaikat Munkar dan Nakir, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi no. 1071, Ibnu Hibban no. 780 dan selain keduanya dari shahabat Abu Hurairah. Hadits ini dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1391.

Dalil – Dalil Adzab Kubur Dan Nikmat Kubur

Setelah mengalami proses fitnah kubur, maka akan mengalami proses berikutnya, yaitu proses nikmat kubur dan adzab kubur. Bila dia selamat dalam fitnah kubur maka dia akan mendapatkan nikmat kubur dan sebaliknya bila ia tidak selamat dalam fitnah tersebut maka dia akan mendapatkan adzab kubur.

Para pembaca, proses ini pun merupakan perkara ghaib yang harus diyakini kebenarannya. Karena Allah Ta’ala dan Rasul-Nya telah mengkhabarkan peristiwa ini di dalam Al Qur’anul Karim dan As Sunnah An Nabawiyyah.

Di antara dalil dalam Al Qur’an yaitu firman Allah Ta’ala (artinya):

“…, Alangkahnya dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang zhalim (kafir) berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangan mereka, sambil berkata: ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Pada hari ini (sekarang ini, sejak sakaratul maut) kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan. Karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah dengan perkataan yang tidak benar dan selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al An’am: 93)

Berkata Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di dalam kitab tafsirnya Taisirul Karimir Rahman:

“Ayat ini sebagai dalil tentang adanya adzab di alam barzakh dan kenikmatan di dalamnya. Dan adzab yang diarahkan kepada mereka dalam konteks ayat ini terjadi sejak sakaratul maut, menjelang mati dan sesudah mati.”

Dalam Q.S. Ghafir ayat ke 46 Allah Ta’ala berfirman (artinya):

“(Salah satu bentuk azdab di alam barzakh nanti) Neraka akan ditampakkan di waktu pagi dan petang kepada Fir’aun dan para pengikutnya. Kemudian pada hari kiamat (dikatakan kepada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.”

Berkata Al Imam Ibnu Katsir Asy Syafi’i:

“Ayat di atas merupakan landasan utama yang dijadikan dalil bagi aqidah Ahlus Sunnah tentang adanya adzab di alam kubur.” (Lihat Al Mishbahul Munir)

Adapun dalil dari As Sunnah, diantaranya; hadits dari Al Barra’ bin ‘Azib, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

اسْتَعِيْذُوا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur (diulangi sampai 2/3 kali).” Kemudian Rasululah berdo’a:

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari adzab kubur (sampai 3 kali).”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menggambarkan keadaan orang mu’min dengan dibentangkan tikar dari al jannah, dikenakan pakaian dari al jannah dan dibukakan pintu baginya ke arah al jannah yang mendatangkan aroma harum, serta diperluas tempatnya di alam kubur seluas mata memandang.

Sebaliknya keadaan orang kafir, maka dibentangkan baginya tikar dari neraka, dibukakan pintu yang mengarah ke neraka yang mendatangkan panas dan aroma busuk, serta disempitkan tempatnya di alam kubur sampai tulang belulangnya saling merangsek. (H.R. Abu Dawud 2/281 dan lainnya)

Dalam riwayat Al Imam Ahmad 6/81 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

اسْتَعِيْذُوا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَإِنَّ عَذَابَ الْقَبْرِ حَقٌّ

“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur, karena sesungguhnya adzab kubur itu adalah benar adanya.”

Dalam hadits Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam pernah melewati dua kuburan. Kemudian beliau bersabda:

أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيْرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ وَأَمَّا الآخَرُ فكَانَ لاَ يَسْتَنْزِهُ مِنْ بَوْلِهِ

“Kedua penghuni ini sungguh sedang mendapat adzab. Dan tidaklah keduanya diadzab karena melakukan dosa besar. Adapun salah satunya karena berbuat namimah (adu domba) dan yang kedua karena tidak membersihkan air kecingnya.” (H.R. Muslim no. 292)

Demikian pula do’a yang ditekankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam sebelum salam ketika shalat:

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَ الْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari adzab jahannam, dari adzab kubur, dan dari fitnah selama hidup dan sesudah mati, serta dari fitnah Al Masih Ad Dajjal.” (H.R. Muslim dan selainnya, lihat Al Irwa’ no. 350)

Apakah adzab kubur dan nikmat kubur itu terus menerus?

Adapun adzab kubur bagi orang kafir adalah terus menerus sampai datangnya hari kiamat.

Sedangkan bagi orang mu’min yang bermaksiat, bila Allah Ta’ala telah memutuskannya untuk mengadzabnya maka tergantung dengan dosa-dosanya. Mungkin dia diadzab terus menerus dan juga mungkin tidak terus menerus, mungkin lama dan mungkin juga tidak lama, tergantung dengan rahmat dan ampunan dari Allah.

Mungkin pula orang mu’min yang bermaksiat tadi diputuskan tidak mendapat adzab sama sekali dengan rahmat dan maghfirah Allah. Semoga kita diselamatkan oleh Allah Ta’ala dalam fitnah kubur dan dari adzab kubur.

Para pembaca, semua peristiwa yang terjadi di alam kubur itu merupakan perkara ghaib yang tidak bisa dinilai kebenarannya dengan logika, analisa dan eksperimen. Bahkan semua peristiwa di alam kubur itu amatlah mudah bagi Allah.

Karena Allah Ta’ala memilki nama Al Qadir Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sehingga peristiwa di alam kubur harus dinilai dan ditimbang dengan nilai dan timbangan iman. Karena ini adalah perkara yang ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akal dan logika manusia. Karena ini adalah perkara yang ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akal dan logika manusia.

Sehingga bila ada manusia yang mati tenggelam dilaut yang badannya hancur dimakan ikan laut, atau manusia yang mati terbakar sampai menjadi abu sangatlah mudah bagi Allah Ta’ala untuk mengembalikannya.

Marilah kita perhatikan firman Allah Ta’ala (artinya):

“Dan kami (malaikat) lebih dekat kepadanya (nyawa) dari pada kalian. Tetapi kalian tidak bisa melihat kami.” (Al Waqi’ah: 85)

Ketika malaikat hendak mencabut nyawa seseorang, sesungguhnya malaikat tersebut ada disebelahnya tetapi ia tidak bisa dilihat oleh mata kepalanya.
Demikianlah kekuasaan dan kagungan Allah Ta’ala yang tidak tidak bisa diukur dengan logika manusia.

 
 

Beberapa Alasan kebenaran tersembunyi


Image
Kenapa mereka begitu semangat menyembunyikan kebenaran?

Ada beberapa perkara yang mendorong mereka untuk menyembunyikan kebenaran yang telah mereka ketahui.
Pertama: Mengikuti hawa nafsu.

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) setelah itu dengan rasul-rasul. Dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada ‘Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong, maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” (Al-Baqarah: 87)

لَقَدْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَأَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ رُسُلاً كُلَّمَا جَاءَهُمْ رَسُولٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أَنْفُسُهُمْ فَرِيقًا كَذَّبُوا وَفَرِيقًا يَقْتُلُونَ

“Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan telah Kami utus rasul-rasul kepada mereka. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” (Al-Ma`idah: 70)

Kedua: Mencari maslahat dunia.

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud: 15-16)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ، تَعِسَ عَبْدُ الدِرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لُمْ يُعْطَ سَخِطَ

“Celaka budak dinar, celaka budak dirham, celaka budak (pakaian) khamishah, celaka budak (pakaian) khamilah. Jika dia diberi dia ridha, dan jika tidak diberi dia benci/ marah.”4

Ketiga: Mencari ridha manusia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللهِ بِسُخْطِ النَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسُخْطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ

“Barangsiapa mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kemurkaan manusia maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meridhainya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan manusia ridha kepadanya.

Dan barangsiapa mencari ridha manusia dengan kebencian Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memurkainya serta menjadikan manusia murka kepadanya.”5

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata:

“Mereka menyembunyikan kebenaran agar kedudukan yang mereka miliki tidak hilang, juga berbagai macam hadiah dan pemberian yang mereka peroleh dari bangsa Arab karena pengagungan bangsa Arab terhadap mereka.

Mereka takut -semoga Allah melaknat mereka- jika mereka menampakkan kebenaran yang mereka ketahui, maka (Nabi) akan diikuti banyak orang dan bangsa Arab meninggalkan mereka.

Itulah alasan mereka menyembunyikan kebenaran, yaitu agar apa yang mereka dapatkan tetap ada, padahal itu adalah imbalan yang sedikit. Akhirnya mereka melelang diri mereka dengannya.

Mereka tidak mau menerima petunjuk, mengikuti kebenaran, membenarkan Rasul dan beriman dengan apa yang dibawanya dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka tukar dengan imbalan yang sedikit. Sungguh mereka telah celaka dan merugi di dunia dan di akhirat.” (Tafsir Ibnu Katsir 1/257)

Abul Wafa` bin ‘Aqil Al-Hambali rahimahullahu berkata:

“Cinta kepada kedudukan, condong kepada dunia, berbangga-bangga, bermegah-megahan dengannya, menyibukkan diri dengan kelezatan dan segala yang menjurus kepada kemasyhuran, bukan lagi melihat hujjah serta apa yang diinginkan oleh akal dan pengetahuan.

Perbuatan seperti ini menjadi sebab-sebab yang akan memalingkan dari kebenaran. Dan itu adalah sebuah kemestian.” (Al-Wadhih fi Ushulil Fiqh, 1/522)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata:

“Para pencari kedudukan –walaupun dengan cara batil– akan senang dengan kalimat yang mengandung pengagungan dirinya, sekalipun dengan kebatilan. Dan dia akan marah dengan kalimat yang mencelanya, sekalipun kalimat itu adalah benar.

Adapun orang yang beriman, akan ridha terhadap kalimat yang haq walaupun terhadap dirinya, atau yang akan menggugat dirinya. Dan dia membenci kebatilan walaupun kebatilan itu mendukungnya. Atau dia akan menentang kebatilan itu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai kebenaran, kejujuran, dan keadilan, serta membenci kalimat dusta dan kedzaliman.” (Majmu’ Fatawa 10/600)

Raihlah Masa mudamu sebelum tuamu


Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat nanti.

Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu haditsnya:

لاَ تَزُوْلُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.

“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340)

Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri,

sudahkah kalian mengisi masa muda kalian untuk hal-hal yang bermanfaat yang mendatangkan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala?

Ataukah kalian isi masa muda kalian dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya?

Kalau kalian masih saja mengisi waktu muda kalian untuk bersenang-senang dan lupa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka jawaban apa yang bisa kalian ucapkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala Sang Penguasa Hari Pembalasan?

Tidakkah kalian takut akan ancaman Allah subhanahu wa ta’ala terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya:

مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An Nisa’: 123)

Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, pergunakanlah kesempatan di masa muda kalian ini untuk kebaikan.

Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.

Jauhi Perbuatan Maksiat

Apa yang menyebabkan Adam dan Hawwa dikeluarkan dari Al Jannah (surga)? Tidak lain adalah kemaksiatan mereka berdua kepada Allah subhanahu wata’ala.

Mereka melanggar larangan Allah subhanahu wata’ala karena mendekati sebuah pohon di Al Jannah, mereka terbujuk oleh rayuan iblis yang mengajak mereka untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala.

Wahai para pemuda, senantiasa iblis, setan, dan bala tentaranya berupaya untuk mengajak umat manusia seluruhnya agar mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mereka mengajak umat manusia seluruhnya untuk menjadi temannya di neraka.

Sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya):

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)

Setiap amalan kejelekan dan maksiat yang engkau lakukan, walaupun kecil pasti akan dicatat dan diperhitungkan di sisi Allah subhanahu wata’ala. Pasti engkau akan melihat akibat buruk dari apa yang telah engkau lakukan itu.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Az Zalzalah: 8)

Setan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat manusia menjadi terpecah belah dan saling bermusuhan.

Jangan dikira bahwa ketika engkau bersama teman-temanmu melakukan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, itu merupakan wujud solidaritas dan kekompakan di antara kalian.

Sekali-kali tidak, justru cepat atau lambat, teman yang engkau cintai menjadi musuh yang paling engkau benci.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu karena (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al Maidah: 91)

Demikianlah setan menjadikan perbuatan maksiat yang dilakukan manusia sebagai sarana untuk memecah belah dan menimbulkan permusuhan di antara mereka.

Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu

Wahai para pemuda, setelah kalian mengetahui bahwa tugas utama kalian hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata, maka sekarang ketahuilah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala hanya menerima amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar.

Untuk itulah wajib atas kalian untuk belajar dan menuntut ilmu agama,

mengenal Allah subhanahu wa ta’ala, mengenal Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengenal agama Islam ini,

mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah), serta mana yang sunnah dan mana yang bid’ah.

Dengan ilmu agama, kalian akan terbimbing dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga ibadah yang kalian lakukan benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Betapa banyak orang yang beramal kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, karena amalannya tidak dibangun di atas ilmu agama yang benar.

Oleh karena itu, wahai para pemuda muslim, pada kesempatan ini, kami juga menasehatkan kepada kalian untuk banyak mempelajari ilmu agama, duduk di majelis-majelis ilmu, mendengarkan Al Qur’an dan hadits serta nasehat dan penjelasan para ulama.

Jangan sibukkan diri kalian dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri kalian, terlebih lagi hal-hal yang mendatangkan murka Allah subhanahu wa ta’ala.

Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka barangsiapa yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan menyebabkan kecelakaan bagi pelakunya.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.

“Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224)

Akhir Kata

Semoga nasehat yang sedikit ini bisa memberikan manfaat yang banyak kepada kita semua.

Sesungguhnya nasehat itu merupakan perkara yang sangat penting dalam agama ini, bahkan saling memberikan nasehat merupakan salah satu sifat orang-orang yang dijauhkan dari kerugian,

sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala firmankan dalam surat Al ‘Ashr:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati dalam kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

Memakmurkan Masjid Ciri Khas Orang-Orang Yang Beriman


Image
Ciri khas yang harus dimiliki oleh orang yang beriman adalah tunduk dan patuh memenuhi panggilan-Nya. Ciri khas ini sebagai tanda kebenaran dan kejujuran imannya kepada Allah subhanahu wata’ala.

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, bila Rasul menyeru kalian kepada sesuatu yang dapat menghidupkan hati kalian…” (Al Anfal: 24)

Allah subhanahu wata’ala telah memanggil kaum mu’minin untuk memakmurkan masjid. Siapa yang memenuhi panggilan Allah subhanahu wata’ala ini, maka Allah subhanahu wata’ala bersaksi atas kebenaran dan kejujuran iman dia kepada-Nya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat.” (At Taubah: 18)

Al Imam Ibnu Katsir Asy Syafi’i (bermadzhab Syafi’i) seorang ulama’ besar dan ahli tafsir berkata:

“Allah subhanahu wata’ala bersaksi atas keimanan orang-orang yang mau memakmurkan masjid.” (Al Mishbahul Munir tafsir At Taubah: 18)

Sesungguhnya termasuk syi’ar Islam terbesar adalah memakmurkan masjid-masjid dengan menegakkan shalat berjama’ah. Bila masjid itu sepi atau kosong dari menegakkan shalat berjama’ah pertanda mulai rapuh dan melemahnya kebesaran dan kemulian dakwah Islam.

Nasehat Untuk Remaja Muslim


Image
Kami persembahkan nasehat ini untuk saudara-saudara kami terkhusus para pemuda dan remaja muslim.
Mudah-mudahan nasehat ini dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka lebih tahu tentang siapa dirinya sebenarnya, apa kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai seorang muslim,
Agar mereka merasa bahwa masa muda ini tidak sepantasnya untuk diisi dengan perkara yang bisa melalaikan mereka dari mengingat Allah subhanahu wata’ala sebagai penciptanya,
Agar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana dan lupa akan negeri akhirat yang kekal abadi. 

Wahai para pemuda muslim, tidakkah kalian menginginkan kehidupan yang bahagia selamanya?

Tidakkah kalian menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu wata’ala yang luasnya seluas langit dan bumi?

Ketahuilah, jannah Allah subhanahu wa ta’ala itu diraih dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam beramal.

Jannah itu disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa yang mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, mereka merasa bahwa gemerlapnya kehidupan dunia ini akan menipu umat manusia dan menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri akhirat selamanya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185)

Beberapa Ahlak-ahlak Jahiliyah yang harus kita jauhi ,,,,,,,,


Berikut ini beberapa bentuk akhlak jahiliyah:

1. Menganggap bahwa menyelisihi penguasa merupakan sebuah keutamaan.
2. Berdoa kepada para wali atau orang shalih.
3. Taqlid buta.
4. Berhujjah tentang sebuah kebenaran dengan banyaknya pengikut.
5. Berhujjah tentang sebuah kebenaran dengan apa yang dilakukan para pendahulu.
6. Berlebih-lebihan dalam menyikapi orang-orang yang terpandang.
7. Keyakinan mereka bahwa apa yang dilakukan oleh para tukang sihir dan dukun adalah sebuah karamah.
8. Menamakan tauhid sebagai syirik.
9. Berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendustakan kebenaran.
10. Fanatik di atas kebatilan yang mereka anut.
11. Menghalangi orang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
12. Menyandarkan agama mereka di atas khurafat.
13. Menyembunyikan kebenaran yang telah mereka ketahui.
14. Menyombongkan diri di atas kebenaran.
15. Menyembelih untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
16. Beribadah di sisi kuburan dan sebagainya.Image

10 buah Amal baik


Image 

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. “ (QS al-‘ashr : 1-3)

Kebanyakan Manusia pada hakikatnya adalah termasuk orang –orang yang dalam kehidupannya menuai kerugian , seperti yang terkutip didalam  QS al’ashr   , tetapi ada sebagian manusia yang mempunyai hal yang sebaliknya dari itu semua yaiutu manusia yang dikategorikan manusia yang untung. Manusia yang untung itu ia lah manusia yang mempunyai iman, amal sholih , dakwah (menasehati dalamm kebenaran) dan sabar. Itu semua adalah cirri-ciri orang yang dalam kehidupannya dan akhiratnya termasuk orang-orang yang beruntung.

Maka Dengan ketaqwaan yang kita selalu bina sehingga kita mampu menjadi manusia  pengucualiandari ayat tersebut  yaitu menjadi orang yg beruntung. marilah meningkatkan iman dan amal sholih insya allah kita akan termasuk orang2 yg beruntung , ama shalih adalah suatu saran a yg dpt menjadikan kita dalam golongan orang-orang yang beruntung.

Karena dalam firmannya Allah menegaskan bahwa orang yang mengaerjakan amal sholih itu mendapat keuntungan yg begitu besar bagi siapa yg mengerjakannya

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS An-Nahl : 97)

, inilah janji Allah bagi orang –orang yang beramal sholih. dlm hal ini seseorang berusaha meningkatkan amal demi kehidupan dan mendambakan kehidupan yg baik dari hari-kehari, bulan kebulan bahkan tahun ke tahun , sehingga pada tahun yg baru ini semoga kita salah satu dari orang yg beruntung. Dan ditahun yang  akan kita lalui semakin membuka jlan kita untuk terus meningkatkan amal sholih , yg kemudian dapat menjadikan keuntung dunia dan akhirat bagi kita,

Ada 10 macam buah amal sholih bagi kehidupan manusia :

1)       Allah akan memberinya Rezeki yg baik

Allah aakn karuniakan kehidupan yg baik , dengan cara menurunkan kepadanya rezeki yang halal dan baik. Sehingga apa yang ia makan adalah sesuatu yang baik.

“Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia” (QS Al-Hijr : 50)

Maka jka ada pertanyaan bagaimana kita agar mendptkan rezeki yang baik atau  amal sholih apa yg membuat itu semua , agar orang  mudah mendapatkan rzeki lalu bagaimana kita berseikap, jawabannya nya sangat sedehana yaitu membangun amal sholih baik dengan Allah maupun dengan manusia. Dengan begituinsya Allah , kehidupan kita akan dikaruniai Allah dengan xrezeki yg baik.

2)       Allah Akan memberikan Derajat yang tinggi

Allah akan meningkatkan harkat dan martabat kita dengan amal yang kita lakukan, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun amal kebaikan hambanya dan kebaikan itu akan dibalas dengan balasan yang baik, oleh karenanya didlm kehidupan kita salah satu cara Allahmengangkat derajat manusia adalah dengan amal kebaikan yang mereka kerjakan.

“ dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),” (QS Thaaha : 75)

3)       Sukses

Orang yang senantiasa melakukan amal sholeh Allah akan membimbingnya untuk hidup dalam kehidupan yang baik dan akan selalu membimbingnya dalam menentukan segala hal dengan bimbingannya

4)       Keimanan dan ketaqwaan diri

Salah satu bukti dari sebuah keimanan adalah sebuah amal, oleh kerena itu amal adalah sebuah perwujudan dari matangnya iman dalam ketaqwaan bagi para hambanya sehingga semakin banyak orang melaukakan amal kebaikan maka kualitas iman dan taqwaanya insyaallah juga akan bertambah

5)       Terhidar dari kegelapan

Orang yang beramal sholih, semua tindak tanduknya senantiasa mengingat Rabbnya , sehingga Allahpun juga ajan mengungatnya hal itulah yang menyebabkan Allah akan selalu menjaga dan membimbing para hambanya yang senantiasa melakukan perbuatan baik.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.” (QS Yunus :9)

6)       Diberi Rahmat

Orang-orang yang mengerjakan kebaikan Allah menjanjikannya dengan limpahan curahan rahmatnya seperti didalam al-qur’an Allah berfirman:

“ Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata. (QS At –jatsyiah :30)

7)       Hilangny rasa takut dan khawatir

8)       Pahala yg cukup

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS ali-Imran :57)

9)       Diberi ampunan

“dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS Al-Ankabut : 7)

10)   Setelah mendapat ampunan maka syurga

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya.” (QS Hud :23)

10 buah Amal baik


Image 

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. “ (QS al-‘ashr : 1-3)

Kebanyakan Manusia pada hakikatnya adalah termasuk orang –orang yang dalam kehidupannya menuai kerugian , seperti yang terkutip didalam  QS al’ashr   , tetapi ada sebagian manusia yang mempunyai hal yang sebaliknya dari itu semua yaiutu manusia yang dikategorikan manusia yang untung. Manusia yang untung itu ia lah manusia yang mempunyai iman, amal sholih , dakwah (menasehati dalamm kebenaran) dan sabar. Itu semua adalah cirri-ciri orang yang dalam kehidupannya dan akhiratnya termasuk orang-orang yang beruntung.

Maka Dengan ketaqwaan yang kita selalu bina sehingga kita mampu menjadi manusia  pengucualiandari ayat tersebut  yaitu menjadi orang yg beruntung. marilah meningkatkan iman dan amal sholih insya allah kita akan termasuk orang2 yg beruntung , ama shalih adalah suatu saran a yg dpt menjadikan kita dalam golongan orang-orang yang beruntung.

Karena dalam firmannya Allah menegaskan bahwa orang yang mengaerjakan amal sholih itu mendapat keuntungan yg begitu besar bagi siapa yg mengerjakannya

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS An-Nahl : 97)

, inilah janji Allah bagi orang –orang yang beramal sholih. dlm hal ini seseorang berusaha meningkatkan amal demi kehidupan dan mendambakan kehidupan yg baik dari hari-kehari, bulan kebulan bahkan tahun ke tahun , sehingga pada tahun yg baru ini semoga kita salah satu dari orang yg beruntung. Dan ditahun yang  akan kita lalui semakin membuka jlan kita untuk terus meningkatkan amal sholih , yg kemudian dapat menjadikan keuntung dunia dan akhirat bagi kita,

Ada 10 macam buah amal sholih bagi kehidupan manusia :

1)       Allah akan memberinya Rezeki yg baik

Allah aakn karuniakan kehidupan yg baik , dengan cara menurunkan kepadanya rezeki yang halal dan baik. Sehingga apa yang ia makan adalah sesuatu yang baik.

“Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia” (QS Al-Hijr : 50)

Maka jka ada pertanyaan bagaimana kita agar mendptkan rezeki yang baik atau  amal sholih apa yg membuat itu semua , agar orang  mudah mendapatkan rzeki lalu bagaimana kita berseikap, jawabannya nya sangat sedehana yaitu membangun amal sholih baik dengan Allah maupun dengan manusia. Dengan begituinsya Allah , kehidupan kita akan dikaruniai Allah dengan xrezeki yg baik.

2)       Allah Akan memberikan Derajat yang tinggi

Allah akan meningkatkan harkat dan martabat kita dengan amal yang kita lakukan, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun amal kebaikan hambanya dan kebaikan itu akan dibalas dengan balasan yang baik, oleh karenanya didlm kehidupan kita salah satu cara Allahmengangkat derajat manusia adalah dengan amal kebaikan yang mereka kerjakan.

“ dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),” (QS Thaaha : 75)

3)       Sukses

Orang yang senantiasa melakukan amal sholeh Allah akan membimbingnya untuk hidup dalam kehidupan yang baik dan akan selalu membimbingnya dalam menentukan segala hal dengan bimbingannya

4)       Keimanan dan ketaqwaan diri

Salah satu bukti dari sebuah keimanan adalah sebuah amal, oleh kerena itu amal adalah sebuah perwujudan dari matangnya iman dalam ketaqwaan bagi para hambanya sehingga semakin banyak orang melaukakan amal kebaikan maka kualitas iman dan taqwaanya insyaallah juga akan bertambah

5)       Terhidar dari kegelapan

Orang yang beramal sholih, semua tindak tanduknya senantiasa mengingat Rabbnya , sehingga Allahpun juga ajan mengungatnya hal itulah yang menyebabkan Allah akan selalu menjaga dan membimbing para hambanya yang senantiasa melakukan perbuatan baik.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.” (QS Yunus :9)

6)       Diberi Rahmat

Orang-orang yang mengerjakan kebaikan Allah menjanjikannya dengan limpahan curahan rahmatnya seperti didalam al-qur’an Allah berfirman:

“ Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata. (QS At –jatsyiah :30)

7)       Hilangny rasa takut dan khawatir

8)       Pahala yg cukup

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS ali-Imran :57)

9)       Diberi ampunan

“dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS Al-Ankabut : 7)

10)   Setelah mendapat ampunan maka syurga

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya.” (QS Hud :23)

Bagaimana sich jadi Mukmin yang sejatii,,,,?


Mukmin Sejati Bercirikan Sifat Orang Beriman. Sebagaimana di dalam Al Quran atau Hadist, banyak diungkapkan tentang sifat dan ciri-ciri orang yang beriman di antaranya : Ciri Pertama Seorang mukmin sejati mempunyai iman yang teguh dan kuat, tidak mudah bergoyang atau rapuh, mempunyai cita-cita luhur yang tidak kunjung padam sentiasa mengerjakan kebaikan, selalu hidup di dalam perjuangan, menjauhkan diri daripada kejahatan, sabar di dalam menghadapi cobaan dan menunjukkan keperibadian yang baik. Dia tidak gugup dan hilang akal bila menghadapi sesuatu yang buruk, sebaliknya dia tidak lupa daratan dan hilang keseimbangan dikala memperoleh nikmat. Apabila ditimpa musibah dia bersikap sabar. Di dalam kehidupannya sentiasa terpancar ketenangan dan kedamaian. Kehidupan yang bahagia.Hal inilah yang digambarkan oleh Allah di dalam Al Quran: “Barang Siapa yang melakukan perbuatan yang baik, lelaki atau perempuan di dalam keadaan dia beriman, niscaya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (Tayyibah) dan Kami berikan kepadanya balasan (pahala) yang lebih beik daripada kebaikan yang mereka kerjakan.” (Surah An Nahli: 97) Kehidupan Toyyibah yang dimaksudkan adalah terkandung di dalamnya segala kenikmatan dan kebahagian, baik yang bersifat jasmaniah atau rohaniah, bukan saja di dalam kehidupan di dunia ini tetapi juga kehidupan di akhirat kelak. Ciri Kedua Seorang mukmin sejati ialah seorang yang sentiasa membuatkan menfaat baik untuk dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Islam telah meletakkan beberapa larangan terhadap perbuatan yang merusak dan merugikan, baik terhadap pribadi atau masyarakat. Umpamanya berzina, berjudi, minum arak dan berbagai perkara yang merusakkan diri dan masyarakat. Orang lemah imannya tidak mampu mengendalikan dirinya terhadap larangan tersebut, walaupun dia menyadari akan akibat buruk yang akan ditempuh. Berbeda halnya dengan orang mukmin yang kuat imannya. Dia sentiasa berusaha menghindarkan perbuatan yang merugi dan merusakkan dirinya dan orang lain. Rasulullah s.a.w bersabda “Sebaik-baik manusia itu ialah mereka yang memberi menfaat kepada manusia yang lain.” Ciri ketiga Orang mukmin sejati ialah mereka yang hanya meminta pertolongan dari Allah di dalam menghadapi sesuatu kesulitan. Kita dapati perbedaan orang yang lemah dan orang yang kuat imannya. Orang yang lemah imannya selalu gelisah, gugup, hilang pegangan dan pegangan. Dia mencari pertolongan kepada siapa sahaja. Yang dianggapnya dapat menringankan kesulitan dan konflik jiwa yang dideritanya itu, walaupun pertolongan itu hanya sementara saja di dunia yang fana ini. Akan tetapi mukmin yang sejati, hanyalah yang meminta pertolongan dengan Allah. Ia memohon terus dengan Allah, tanpa ada perantaraan orang lain. Sebab dia yakin kuasa yang menentukan pada saat yang terakhir ialah Allah s.w.t. tanpa mengabaikan ikhtiar dan usaha dari manusia itu sendiri. “Kepada Engkaulah (Allah) kami menyembah dan kepada Engkaulah kami memohon perlindungan. ” (Al Fatihah: 5) Ciri Keempat Sebagai orang mukmin yang sejati, tidak bersikap lemah, yang dimaksudkan disini bukan saja lemah fisik atau badan tetapi akal dan jiwa terutama sekali rohaniah. Jiwa atau semangat yang kental yang tidak dapat dipatahkan sekalipun jiwanya terancam dan terkorban. Orang yang beriman sentiasa mempunyai pengharapan, kegembiraan dan optimis. Dia tidak mudah patah hati, tidak mudah berhenti berjuang atau menyerah. Kepercayaan yang padu di dalam jiwanya bahwa setiap perbuatan yang baik akan diberi pahala kelak di dalam menanamkan semangat pengharapan kepadanya dan menjadikan pegangan baginya, bahwa setiap usaha dan perjuangan akan berhasil. Dia selalu berpegang kepada petunjuk Ilahi sebagaimana firman Allah yang bermaksud: “Jangan putus harapan kepada karunia Allah, sesungguhnya yang berputus harapan kepada karunia Allah itu hanyalah orang-orang yang kafir.” (Yusuf: 87) Ciri Kelima Orang yang beriman tidak menyesali keadaan yang ada pada dirinya. Dalam kehidupan ini, manusia silih berganti dengan kesenangan dan kesusahan, kekayaan dan kemiskinan, kemenangan dan kekalahan, berjaya atau gagal. Di waktu bertemu dengan kesusahan dan kemiskinan, kekalahan dan kekecewaan, janganlah mengeluh menyesali keadaan. Hendaklah sentiasa yakin dan faham bahwa setiap perbuatan dan hal itu daripada Allah s.w.t yang tentunya mempunyai hikmah dan kebaikan yang kita tidak tahu. Berkata ulama sufi: “Keputusan Allah telah putus dan hal telah terjadi. Oleh itu istirahatkanlah hatimu dari perkataan andai kata dan kalau.” Firman Allah: “Dan boleh jadi kamu bencImagei kepada sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu.” (Al Baqarah: 216) http://www.boim05.multiply.com

 

Modal Setiap Manusia di dunia ini adalah waktu yang singkat, nafas yang terbatas dan hari-hari yang berbilang. Maka barangsiapa yang menggunakan kesempatan dan saat-saat itu dalam kebaikan dan selalu beribadah maka beruntunglah dia. Akan tetapi sebaliknya siapa saja yang menyia- nyiakan semua itu maka ia telah merugi dan waktu pun tak akan bisa kembali seperti semula. Alangkah banyak orang-orang yang merugi karena mereka mengira bahwa hidup di dunia ini panjang waktunya. Allah shubhaana wa ta’ala berfirman : “Apakah kalian mengira Bahwa Kami menciptakan kalian untuk main-main dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada kami” (Al- Mu’minun -115).Banyak juga orang-orang yang menganggap dirinya telah berbuat kebajikan, banyak berjuang,berjasa dll.Allah shubhaana wa ta’ala menyindir orang yang berbuat demikian dalam Firman Nya :Artinya- Yaitu Orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan ini,sedang mereka telah menganggap telah berbuat kebaikan (Al Kahfi-104) Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari umur, sedangkan umur manusia tak lebih dari beberapa puluh tahun. Lalu kelak ia akan ditanya atas setiap detik waktu yang dilaluinya dan apa yang ia lakukan disaat ia berjumpa dengan Allah shubhaana wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Artinya- Tidak akan beranjak kedua telapak kaki hamba pada hari Kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang ilmunya apa yang telah dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia dapat dan kemana dia belanjakan, serta tentang fisiknya untuk apa dia pergunakan (HR.At-Tirmidzi,Hasan Shahih). Umur manusia adalah masa tanam di dunia, sedang masa panennya adalah di Akhirat, oleh karena itu sungguh amat merugi jika manusia menyia- nyiakan waktunya dan membelanjakan modalnya untuk sesuatu yang tak berguna. Barangsiapa yang tak mengetahui besarnya nilai waktu luang, sungguh akan datang padanya suatu masa tentang nilai mahalnya waktu serta nilai beramal didalamnya, yang jelas manusia akan menyesal dalam dua kondisi, entah menyesal karena keingkarannya atau karena sedikit amalnya, namun penyesalan itu sudah tak lagi berguna. Ada memang,manusia yang begitu sangat perhatian dengan waktu, bahkan dalam benaknya waktu 24 Jam sehari semalam itu kurang, namun semuanya mereka habiskan untuk urusan dunia, jika hal ini benar-benar dilakukan maka dia termasuk orang yang bodoh, karena dia hanya mempersiapkan untuk urusan dunia belaka (sesuatu yang singkat) dan meninggalkan urusan akhirat (sesuatu yang sangat abadi ). Dia bekerja keras siang malam tetapi hasilnya tak seimbang dengan kemanfaatan yang didapat untuk dirinya, paling-paling hanya mendapatkan nikmatnya makanan dilidah dan nikmatnya punya harta banyak yang mana mereka tak menyangka bahwa harta itu tidak akan dibawa mati dan itulah sesungguhnya gaya hidup orang-orang kafir, apakah kita mau disebut dengan sebutan itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Dunia ini penjara bagi orang Mukmin dan Surga bagi orang kafir.”(HR.Muslim,At- Tirmidzi,Ibnu Majah,Ahmad).Dan didalam hadits yang lain Rasulullah e bersabda:”Surga itu dikelilingi oleh perbuatan yang di benci manusia dan Neraka itu dikelilingi oleh perbuatan yang di sukai Hawa nafsu” (HR.Muslim,At Tirmidzi,Ahmad). Kemudian Allah shubhaana wa ta’ala juga menegaskan didalam Firman Nya:”Dan orang- orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang- binatang dan Neraka merupakan tempat tinggal mereka” (Muhammad-12). Karakteristik waktu meliputi 3 hal: 1.Waktu cepat berlalu . Perputaran dan pergantian waktu sangat cepat sekali bagaikan angin,baik diwaktu sedih maupun gembira. Jika dikatakan hari suka cita berlalu begitu cepat dan hari-hari duka bergerak sangat lambat, padahal itu hanya perasaan belaka dan bukan keadaan yang sebenarnya. Allah shubhaana wa ta’ala menegaskan hal ini dalam Firman Nya :”Dan(Ingatlah)akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka(mereka merasa dihari itu) seakan-akan mereka tidak pernah tinggal (di dunia)melainkan sesaat saja di siang hari (yang di waktu itu) mereka saling berkenalan) “(Yunus-45). 2.Waktu yang sudah lewat tak akan bisa kembali atau di ganti. Seorang penyair bersenandung (Seseorang hanyalah pengendara di atas pundak umurnya,berkelana mengikuti hari dan bulan,ia lalui siang dan malam hari nya,semakin jauh dari kehidupan semakin dekat dengan kuburan).Dan alangkah malangnya orang yang senang bila umurnya bertambah,dengan mengadakan acara ulang tahun atau acara yang lainnya yang tidak ada tuntunannya dari ajaran Islam. Bagaimana dia bisa senang sementara hari-harinya melenyapkan bulannya, bulannya melenyapkan tahunnya dan tahunnya melenyapkan umurnya lalu berhentinya umur menghantarkannya pada kematian- Bagaimana engkau tak sedih dengan umurmu yang pergi tanpa ganti? Manusia sejak diciptakan terus berjalan sebagai musafir, tidak ada tempat berhenti baginya selain surga atau neraka. 3.Waktu adalah Harta yang sangat mahal harganya yang dimiliki manusia Betapa banyaknya orang-orang yang membuang- buang waktunya dengan percuma, sibuk dalam pembicaraan yang tak bermanfaat, sementara umurnya terus merambat menuju kematian tetapi ia tak manyadarinya.Bahkan ada orang yang umurnya 60 tahun yang seharusnya membuat ia waspada untuk selalu mengejar pahala, menjauhi maksiat dan segera bertaubat teapi ia masih saja berkubang dalam lumpur kemaksiatan dan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Artinya-”Allah shubhaana wa ta’ala memberi kesempatan kepada seseorang dengan ditangguhkan umurnya hingga mencapai umur 60 tahun “(HR.Al-Bukhari). Pandangan Salafus Shalih mengenai waktu- Abu Darda radhiallahu anhu berkata, seandainya bukan karena tiga hal tentu aku tidak suka hidup, meskipun hanya sehari:Kehausan kepada Allah diterik panas siang hari, sujud kepada Allah shubhaana wa ta’ala di tengah malam dan duduk- duduk bersama orang-orang shalih yang selalu memilih yang baik-baik dalam berbicara, sebagaimana memilih korma yang berkualitas.- Ibrahim Al Harbi seorang Muhaddits berkata: Aku telah menemani Imam Ahmad Bin Hanbal selama 20 tahun, baik di musim gugur atau di musim semi, musim panas atau musim dingin, malam dan siangnya sungguh aku tidak mendapatinya suatu hari keculai hari itu lebih bertambah kebaikannya dari hari kemarin. Maka barang siapa hari ini seperti hari kemarin maka ia adalah orang yang tertipu dan barangsiapa hari ini lebih jelek dari hari kemarin maka ia adalah orang yang tercela. Mulailah dari sekarang, untuk merubah perbuatan kita selama ini yang keliru, karena Rasulullah e bersabda:”Setiap anak adam pasti mempunyai kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang mau memperbaiki kesalahannya”. (HR.Ahmad,At Tirmidzi,Ad Darimi ). Banyak orang yang berniat untuk bertaubat, berbuat baik, meninggalkan kemaksiatan dan sebagainya akan tetapi semuanya itu hanya berhenti pada niat, keinginan, harapan dan angan- angan belaka. Keputusan itu kini ada ditangan anda, meniti jalan Allah shubhaana wa ta’ala dengan melakukan segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya atau anda tetap tenggelam dalam kemaksiatan. Ya Allah Tunjukilah kami kejalan yang benar Wallahu a’ lam.(Buletin Al Balagh).